1.1 Pengertian Harapan Setiap manusia pasti mempunyai harapan. Tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Sejkalipun orang yang akan meninggal pasti mempunyai harapan, harapan itu biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.
Harapan itu tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan.
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri maupun kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa.Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib untuk selalu berdoa, karena usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.
Harapan berasal dari kata “harap” berarti “keinginan” supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan.
Contoh:
· Budi seorang mahasiswa STMIK Gunadarma, ia rajin belajar dengan harapan di dalam ujian semester mendapatkan angka yang baik.
· Kadir seorang wiraswasta yang rajin. Sejak mulai menggarap usahanya ia mempunyai harapan usahanya menjadi besar dan maju. Ia yakin usahanya menjadi kenyataan, karena itu berusaha bersungguh-sungguh dengan usahanya.
Dari kedua contoh itu terlihat, apa yang diharapkan Budi dan Hadir ialah terjadinya buah keinginan, karena itu mereka bekerja keras. Semua ini adalah dengan suatu keyakina demi terwujudnya apa yang diharapkan. Jadi, untuk mewujudkan harapan itu harus disertai dengan usaha yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Bila dibandingkan dengan cita-cita, harapan mengandung pengertian yang tidak terlalu muluk. Dan sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Antar harapan dan cita-cita terdapat persamaan, yaitu:
· Keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud
· Pada umunya dengan cita-cita maupun harapan harapan orang menginginkan hal lebih baik atau meningkat.
1.2 Penyebab Manusia Mempunyai Harapan
Sesuai dengan kodratnya manusia merupakan makhluk sosial dimana sertiap manusia
lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni dalam suatu keluarga dan anggota masyarakat lainnya. Seseorang dapat berkembang dengan baik fisik dan mentalnya dengan baik ditengah manusia-manusia lain. Terdapat dua hal yang mendorong orang hidup bergaul dengan manusia lain hidup yaitu:
Dorongan Kodrat Kodrat merupakan sifat, keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah terdapat dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Contoh pembawaan alamiah tersebut adalah menangis, tertawa, bergembira dan sebagainya. Seperti halnya orang yang sedang menonton pertunjukan lawak, pelawak mengharapkan penonton dapat terhibur dan tertawa, dan penonton dapat tertawa karena lawakan dari sang pelawak. Namun apabila penonton tersebut tidak tertawa, maka harapan dari kedua pihak tidak terpenuhi dan akibatnya dapat menimbulkan kesedihan.
Dalam diri manusia sudah terjelma sifat, kodrat, pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bersama dengan manusia lain. Maka dengan kodrat, manusia memiliki harapan.
Dorongan Kebutuhan Hidup Setiap manusia mempunyai kebutuhan hidup yang berbeda-beda. Namun
kebutuhan hidup secara garis besar dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan rohani. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia bekerja sama dengan manusia lain, sebab kemampuan manusia ada batasannya. Pada hakikatnya harapan merupakan keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Menurut Abraham Maslow, sesuai dengan kodratnya, harapan manusia adalah:
1. Kelangsungan hidup (survival)
Untuk kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan sandang, pangan, dan papan (tempat tinggal). Kebutuhan kelangsungan hidup terlihat sejak bayi lahir. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka manusia sudah mulai belajar sejak kecil dan dengan pengetahuan tinggi diharapkan memperoleh sandang, pangan dan papan yang layak.
2. Keamanan
Semua orang pasti membutuhkan keamanan. Namun rasa keamanan tidak harus diwujudkan dengan perlindungan yang nampak, bahkan secara moral pun orang lain dapat memberikan rasa keamanan. Biasanya walaupun secara fisik keadaan dalam bahaya, namun keamanan moril yang di dapat dari keyakinan bahwa Tuhan memberi perlindungan sudah memberikan keamanan yang diharapkan.
3. Status
Dengan status, seseorang dapat mengetahui siapa dirinya. Harga diri orang juga melekat pada status orang tersebut. Biasanya status-status tersebut adalah status keberadaannya, status dalam keluarga, status dalam masyarakat, dan status dalam negara.
4. Perwujudan cita-cita
Biasanya manusia berharap diaku keberadaannya sesuai dengan keahlian atau profesinya. Pada saat itu manusia mengembangkan bakat atau kemampuannya agar diakui kehebatannya
1.3 Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari suatu kata yaitu percaya yang artinya mengakui atau
menyakini akan kebenaran. Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang tetapi bukan merupakan hasil penyelidikan namun merupakan hasil dari yang diterima oleh orang lain yang dapat dipercaya. Semakin besar kewibawaan orang yang memberitahu tentang pengetahuan, maka semakin besar kepercayaan orang kepada dirinya.
Dalam beragama, manusia wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu. Dan dasarnya adalah keyakinan masing-masing.
Kebenaran Dr. Yuyun Suriasumantri dalam bukunya mengemukakan tiga teori kebenaran,
yaitu:
1. Teori koherensi atau konsistensi
Merupakan suatu pernyataan yang dianggap benar bila pernyataan itu bersifat konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang di anggap benar.
Contoh: masyarakat Indonesia umumnya makan nasi. Andi orang Indonesia. Andi makan nasi.
2. Teori korespondensi
Merupakan teori apabila suatu pertanyaan benar bila materi yang terkandung pernyataan itu berhubungan dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Contoh: London adalah ibukota Inggris
3. Teori pragmatis
Merupakan kebernaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernayaan tersebut bersifat fungsinal dalam kehidupan praktis.
1.4 Berbagai Kepercayaan dan Usaha Meningkatkannya
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia.
kepercayaan dapat dibedakan atas:
1. Kepercayaan pada diri sendiri
Percaya diri sendiri pada hakikatnya percaya kepada Tuhan dan menganggap dirinya benar, menang dan mampu mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Kepercayaan kepada orang lain
Percaya kepada orang lain sudah tentu percaya kepada kata hatinya.
3. Kepercayaan kepada pemerintah
Baik teori atau pandangan teoritis ataupun demokratis negara atau pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran yaitu manusia sebagai warga negara percaya kepada negara/pemerintah.
4. Kepercayaan kepada Tuhan
Percaya kepada Tuhan sudah pasti adanya tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya.
Berbagai usaha yang dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya. Usaha tersebut bergantung kepada pribadi kondisi, situasi, dan lingkungan, usaha itu antara lain:
a) Meningkatkan ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah
b) Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat
c) Meningkatkan kecintaan kita kepada sesama mausia dengan jalan suka menolong, dermawan, dan sebagainya
d) Mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan
e) Menekan perasaan negatif seperti ini, dengki, fitnah, dan sebagainya.