ANALISA
LAPORAN ARUS KAS
1. Pengertian Laporan Arus Kas
Informasi
tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi pemakai laporan keuangan sebagai
dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dan menilai kebutuhan perusahaan untuk
menggunakan arus kas tersebut.
Dalam
proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi
terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas serta keputusan
perolehannya. Perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan harus menyajikan
laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dilaporan keuangan untuk
periode penyajian laporan keuangan.
Agar
menghasilkan keuntungan tambahan, perusahaan harus mempunyai kas untuk
ditanamkan kembali. Keuntungan yang dilaporkan dalam buku belum pasti dalam bentuk
kas. Sehingga dengan demikian perusahaan dapat mempunyai jumlah kas yang lebih
besar atau lebih kecil daripada jumlah keuntungan yang dilaporkan dalam buku.
Menurut
Arthur, J. Keown, David F. Scott Jr, Jhon D. Martin, J. William Petty
(2001:678) setiap usulan pengeluaran modal (capital expenditure) selalu
mengandung dua macam arus kas, yaitu:
a. Arus kas keluar netto (Net outflow of
cash), yaitu: arus kas yang diperlukan untuk investasi baru.
b. Arus kas masuk netto (Net inflow of
cash), yaitu: sebagai hasil dari investasi baru tersebut, yang sering disebut
“Net cash proceeds.”
Pengertian
luas mengenai arus kas yang dari kegiatan penjualan atau kegiatan yang sama
dikurangi oleh semua biaya-biaya yang meliputi seluruh pengeluaran-pengeluaran
kas. Arus kas didefenisikan sebagai laba sebelum pajak dari suatu proyek,
ditambah dengan biaya penyusutan dan dikurangi laba bersih sebelum pajak
tambahan yang diakibatkan oleh proyek-proyek tersebut.
Laporan
arus kas melaporkan penerimaan kas, pembayaran kas dan perubahan bersih pada
kas yang berasal dari: Aktivitas Operasi, Investasi dan Pendanaan perusahaan
selama satu periode dalam suatu format yang menunjukkan bagaimana melaporkan
suatu rugi bersih dan tetap mengadakan pengeluaran modal yang besar atau membayar
deviden, atau akan menceritakan bagaimana perusahaan mengeluarkan atau
menaikkan hutang atau saham biasa atau keduanya selama periode tersebut.
Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, arus kas merupakan arus kas masuk
dan arus kas keluar.
Oleh
karena suatu perusahaan membuat suatu laporan biasanya secara periodik, maka
ketika menyiapkan laporan arus kas yang berdasarkan pendapatan, akumulasi
penyusutan, pinjaman modal dan pajak harus menunjukkan pemisahan antara
kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto yang berasal
dari: Aktivitas Operasi, Aktivitas Investasi dan Aktivitas Pendanaan.
Arus
kas adalah istilah yang digunakan untuk mengklasifikasikan arus kas (kas yang
diterima) dari kegiatan operasi. Istilah arus kas juga digunakan untuk
menunjukkan dana, dimana arus kas bersih mewakili perbedaan antara sumber dan
penerimaan.
Pada
dasarnya ada beberapa motif (dorongan) yang menyebabkan perusahaan perlu
memiliki sejumlah kas. Dorongan-dorongan inilah yang menentukan jumlah kas yang
harus dimiliki perusahaan. Motif-motif tersebut, antara lain:
1. Motif Transaksi (Transaction Motive).
Motif
Transaksi dimaksudkan bahwa perusahaan membutuhkan sejumlah uang tunai untuk
membiayai kegiatannya sehari-hari, seperti: untuk gaji dan upah, membeli
barang, membayar tagihan dan pembayaran hutang kepada kreditur apabila jatuh
tempo.
2. Motif Berjaga-jaga (Safety Motive /
Precautionary Motive).
Motif
Berjaga-jaga dimaksudkan untuk berjaga-jaga terhadap kebutuhan yang mungkin
terjadi, tetapi tidak jelas kapan akan terjadinya, seperti: kerusakan mesin,
perubahan harga bahan baku, kebakaran dan kecelakaan.
3. Motif Spekulatif (Speculative Motive).
Motif
Spekulatif dimaksudkan untuk mengambil keuntungan kalau kesempatan itu ada,
seperti: perusahaan menggunakan kas yang dimilikinya untuk diinvestasikan pada
sekuritas (saham atau obligasi) dengan harapan setelah membeli sekuritas
tersebut harganya akan naik.
4. Motif Compensating Balance
Motif
ini sebenarnya lebih merupakan keterpaksaan perusahaan akibat meminjam sejumlah
uang di bank. Apabila perusahaan meminjam uang di bank, biasanya bank
menghendaki agar perusahaan tersebut meninggalkan sejumlah uang di dalam
rekeningnya. Misalnya: suatu perusahaan meminjam dana dari bank sebesar Rp 500
juta dan bank mengharuskan perusahaan memiliki simpanan di bank tersebut dengan
saldo Rp 50 juta. Jumlah inilah yang disebut sebagai compensating balance.
Secara
umum, hanya motif transaksi dan berjaga-jaga saja yang paling sering
menyebabkan perusahaan harus memiliki kas, sedang alasan untuk spekulasi
memiliki prioritas yang paling rendah untuk diperhatikan karena saat terjadinya
sangat sulit untuk diprediksi oleh manajer keuangan.
Dalam
hal kepemilikan kas, perusahaan juga harus mampu melakukan penyeimbangan.
Artinya: apabila perusahaan memiliki saldo kas yang terlalu besar, maka
perusahaan akan mengalami kerugian dalam bentuk kehilangan kesempatan untuk
menginvestasikan dana tersebut pada kesempatan investasi lain yang lebih
menguntungkan. Sebaliknya apabila saldo kas terlalu rendah, kemungkinan
perusahaan mengalami kesulitan likuiditas. Oleh karena itu, ada beberapa model
yang digunakan untuk membantu menentukan target saldo kas.
a. Model Baumol
Model
ini dikembangkan oleh William Baumol. Pada prinsipnya model persediaan (EOQ)
yang diterapkan pada manajemen kas. Biaya pesanan diganti dengan biaya
administrasi dan biaya transaksi pada waktu melakukan transfer kas menjadi
surat berharga dan sebaliknya.
Untuk
dapat menggunakan Model Baumol dengan baik, maka harus didasarkan pada berbagai
asumsi. Asumsi-asumsi tersebut, antara lain adalah:
1) Adanya kepastian jumlah kas yang
dibutuhkan setiap saat.
2) Pengeluaran kas perusahaan tetap
(konstan) dari waktu ke waktu.
3) Pada saat kas dibutuhkan surat berharga
dengan segera dapat dijual.
4) Biaya yang dikeluarkan untuk menjual
surat berharga menjadi kas adalah tetap untuk setiap transaksi, tanpa
dipengaruhi oleh jumlah atau nilai surat berharga yang dijual.
Model
Baumol memberikan sumbangan penting bagi manjer keuangan dalam mengelola kas
perusahaan. Meskipun demikian ada beberapa keterbatasan dari model tersebut,
yaitu:
a) Model tersebut mengasumsikan penggunaan
kas yang konstan setiap periodenya. Dalam prakteknya, pengeluaran kas tidaklah
seluruhnya bisa dikendalikan oleh perusahaan.
b) Model tersebut mengasumsikan bahwa
selama interval waktu tertentu terdapat adanya kas masuk. Dalam prakteknya
perusahaan ada melakukan penerimaan kas dengan pengeluaran kas setiap harinya.
c) Tidak mempertimbangkan kemungkinan
adanya persediaan kas untuk keamanan, dan sebagainya.
b. Model Miller-Orr
Model
Miller-Orr tepat digunakan untuk kondisi dimana pengeluaran kas ber-fluktuasi
(tidak konstan) dari waktu ke waktu secara random dan tingkat ketidakpastian
pembayaran kas yang cukup besar. Model ini pada dasarnya menentukan batas atas
dan batas bawah fluktuasi kas.Ide dasar model ini adalah apabila jumlah kas
mencapai batas atas, maka perusahaan membeli surat berharga untuk menurunkan
kas, sebaliknya apabila mencapai batas bawah maka perusahaan menjual surat
berharga untuk menambah kas. Selama kas berada antara batas atas dan batas
bawah, maka perusahaan tidak melakukan transaksi.
2. Perkembangan Laporan Arus Kas
Sebagaimana
kita ketahui, bahwa sistem Akuntansi di Indonesia telah diputuskan untuk
mengikuti aliran Amerika, maka pernyataan ini juga berpengaruh terhadap
Akuntansi di Indonesia. Dengan melihat keadaan dan kebutuhan Negara Indonesia khususnya
mengenai informasi keuangan dari suatu unit usaha, maka oleh Komite Ikatan
Akuntansi Indonesia dengan penelitian yang bertahun-tahun yang telah dilakukan
mengambil langkah yang matang untuk memasukkan laporan arus kas sebagai laporan
utama pengganti laporan sumber dan penggunaan dana. Karena laporan ini dianggap
lebih memberikan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh pemakai laporan.
Oleh
karena itu, dinyatakan bahwa suatu perusahaan harus menyusun atau diwajibkan
menyusun laporan arus kasnya sebagai bagian yang tidak terpisahkan (bagian
integral) dari laporan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.
Pernyataan ini mulai efektif berlaku mulai tanggal 1 Januari 1995. Jadi,
laporan arus kas ini merupakan perkembangan dari laporan perubahan posisi
keuangan dan merupakan pengganti dari laporan sumber dan penggunaan dana yang
disusun untuk memenuhi permintaan informasi keuangan bagi pihak luar
perusahaan.
C.
TUJUAN DAN MANFAAT LAPORAN ARUS KAS
Tujuan
utama dari laporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu periode. Tujuan keduanya adalah
memberikan informasi atas dasar mengenai aktivitas operasi, investasi dan
pembelanjaan.
Selain
tujuan di atas, laporan arus kas juga penting untuk mengetahui keadaan kas
secara pasti demi menjaga likuiditas perusahaan. Dengan adanya laporan kas ini,
maka perusahaan akan mengetahui apakah perusahaan dalam keadaan defisit atau
bahkan mengalami surplus.
Apabila
terjadi defisit, perusahaan akan dapat memperkirakan darimana defisit tersebut
dapat ditutupi. Defisit dapat ditutupi dengan mengadakan pinjaman ke bank atau
dengan mencari modal sendiri, sedangkan bila terjadi surplus maka perusahaan
dapat memperkirakan atau merencanakan pemanfaatan kas.
Menurut
Harahap (2006:257), disamping tujuan yang disebutkan di atas laporan arus kas
juga bermanfaat untuk:
1. Menilai kemampuan perusahaan
menghasilkan, merencanakan, mengontrol arus kas masuk dengan arus kas keluar
pada masa lalu.
2. Menilai kemampuan keadaan arus kas
masuk dan arus kas keluar, arus kas bersih perusahaan termasuk kemampuan
membayar deviden di masa yang akan datang.
3. Menyajikan informasi bagi investor,
kreditur, memproyeksikan return dari sumber kekayaan perusahaan.
4. Menilai kemampuan perusahaan untuk
memasukkan kas ke perusahaan di masa yang akan datang.
5. Menilai alasan perbedaan antara laba
bersih dibandingkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas.
6. Menilai pengaruh investasi baik secara
kas maupun bukan kas dan transaksi lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan
selama satu periode tertentu.
D.
KLASIFIKASI ARUS KAS
Menurut
Niswonger, Roilin C, Philip E (2003:145) laporan arus kas melaporkan arus kas
melalui 3 jenis aktivitas, yaitu:
1. Arus kas dari aktivitas operasi (cash
flows from operating activities) adalah: arus kas dari transaksi yang
mempengaruhi laba bersih. Contoh: mencakup pembelian dan penjualan barang
dagang oleh pengecer.
2. Arus kas dari aktivitas investasi (cash
flows investing activities) adalah: kas dari transaksi yang mempengaruhi
investasi aktiva tetap. Contoh: penjualan dan pembelian aktiva tetap, seperti:
peralatan dan bangunan.
3. Arus kas dari aktivitas pendanaan
adalah: arus kas dari transaksi yang mempengaruhi ekuitas dan hutang
perusahaan. Contoh: penerbitan atau penarikan ekuitas dan hutang.
Menurut
Ikatan Akuntansi Indonesia, laporan arus kas melaporkan selama periode tertentu
dan diklasifikasikan menurut 3 (tiga) jenis aktivitas, yaitu:
1. Aktivitas Operasi.
2. Aktivitas Investasi.
3. Aktivitas Pendanaan.
Berikut
ini dijelaskan mengenai Aktivitas Operasi, Aktivitas Investasi dan Aktivitas
Pendanaan:
1.
Aktivitas Operasi
Jumlah
aliran arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang
menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat menghasilkan aliran kas yang
cukup untuk melunasi pinjaman, pemeliharaan kemampuannya tersebut membayar
deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan para sumber pendanaan
dari luar.
Arus
kas masuk yang berasal dari Aktivitas Operasi, misalnya:
a. Kas yang diperoleh dari penjualan
barang dan jasa secara tunai.
b. Kas yang diterima dari penagihan
piutang dagang dan piutang lainnya.
c. Kas yang diterima dari kontrak yang
diadakan untuk tujuan transaksi usaha.
Arus
kas keluar yang berasal dari Aktivitas Operasi, misalnya:
a. Kas yang dikeluarkan untuk pajak dan
biaya administrasi lainnya.
b. Pembayaran hutang-hutang jangka pendek,
yang meliputi: hutang dagang, gaji, bunga dan sebagainya.
c. Pembayaran untuk pembelian barang dan
jasa.
d. Pengeluaran kas untuk kegiatan operasi
termasuk juga untuk pembayaran biaya gaji, upah, sewa dan biaya operasi
lainnya.
2.
Aktivitas Investasi
Transaksi
kas yang berhubungan dengan perolehan fasilitas investasi dan non kas lainnya
yang digunakan oleh perusahaan. Arus kas masuk terjadi jika kas yang diterima
dari hasil atau pengembalian investasi yang dilakukan sebelumnya, misalnya:
dari hasil atau penjualan.
Arus
kas masuk yang berasal dari Aktivitas Investasi, misalnya:
a. Penjualan aktiva tetap.
b. Penjualan surat berharga yang berupa
investasi.
c. Penagihan pinjaman jangka panjang
(tidak termasuk bunga jika ini merupakan kegiatan investasi).
Arus
kas keluar yang berasal dari aktivitas, misalnya:
a. Pembayaran kas untuk membeli aktiva
tetap.
b. Pembelian investasi jangka panjang.
c. Pemberian pinjaman ke pihak lain.
3.
Aktivitas Pendanaan
Kegiatan
pendapatan sumber dana dari pemilik dengan memberikan prospek penghasilan dari
sumber dana tersebut, meminjam dan membayar hutang kembali, atau melakukan pinjaman
jangka panjang untuk membayar hutang tersebut.
Arus
kas yang berasal dari Aktivitas Pendanaan, misalnya:
a. Penerimaan kas dan surat berharga dalam
bentuk equity (sewajarnya).
b. Penerimaan dari penerbitan hutang
obligasi dan hutang jangka panjang lainnya.
Arus
kas keluar yang berasal dari Aktivitas Pendanaan, misalnya:
a. Pembayaran kas kepada pemegang saham
untuk menarik atau menebus saham perusahaan.
b. Pembayaran deviden dan pembagian
lainnya yang diberikan kepada pemilik.
c. Pembayaran kas oleh penyewa guna usaha
(lease) untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna
pembiayaan.
E.
METODE PENYUSUNAN LAPORAN ARUS KAS
Salah
satu analisis keuangan yang sangat penting bagi manajer keuangan, disamping
alat keuangan lainnya adalah laporan arus kas. Yang dimaksud dari analisis ini
adalah untuk mengetahui bagaimana akan digunakan dan bagaimana kebutuhan dana
tersebut akan dibelanjakan. Analisis arus kas tersebut dapat diketahui darimana
diperoleh dan untuk apa dana tersebut digunakan. Suatu laporan yang
menggambarkan darimana diperoleh dan untuk apa kas tersebut digunakan, seiring
disebut sebagai laporan arus kas.
Laporan
arus kas secara langsung atau tidak langsung mencerminkan penerimaan kas
entitas yang diklasifikasikan menurut sumber-sumber utama dan pembayaran kas
yang diklasifikasikan menurut pengguna utama selama satu periode. Laporan ini
memberikan informasi yang berguna mengenai aktivitas entitas dalam menghasilkan
kas mengenai aktivitas keuangannya dan mengenai investasi atau pengeluaran
kasnya.
Dalam
menyusun laporan arus kas terdapat 2 (dua) Metode yang digunakan yaitu :
1. Metode Langsung
Dalam
Metode Langsung dilaporkan golongan penerimaan kas bruto dari aktivitas operasi
dan pengeluaran kas bruto untuk kegiatan operasi. Perbedaan antara penerimaan
kas dan pengeluaran kas dari kegiatan operasi akan dilaporkan sebagai arus kas
bersih dari aktivitas operasi. Dengan kata lain, metode langsung mengurangkan
pengeluaran kas operasi dari penerimaan kas operasi. Metode langsung menghasilkan
penyajian laporan penerimaan dan pengeluaran kas secara ringkas.
Dalam
Metode Langsung laporan arus kas juga melaporkan arus kas bersih dari investasi
operasi sebagai golongan utama dari penerimaan kas operasi (misalnya: kas yang
diterima dari pelanggan dan kas yang diterima dari bunga dan deviden) dan
pengeluaran kas (misalnya: kas yang dibayarkan kepada pemasok untuk barang,
kepada karyawan untuk jasa, kepada kreditur untuk bunga dan ke instansi
pemerintah untuk pajak).
Keunggulan
utama dari metode langsung adalah metode ini memperlihatkan laporan penerimaan
dan pengeluaran kas lebih konsisten dengan tujuan suatu laporan arus kas.
Disamping itu, metode langsung ini lebih mudah dimengerti dan memberikan
informasi yang lebih banyak dalam mengambil keputusan.
Dengan
metode langsung informasi mengenai kelompok utama penerimaan kas bruto dan
pengeluaran kas bruto dapat diperoleh dengan:
a. Adanya catatan akuntansi perusahaan.
b. Menyesuaikan penjualan, beban pokok
penjualan dan pos-pos lain dalam laporan laba rugi mengenai:
1) Perubahan persediaan, piutang usaha dan
hutang dagang selama periode berjalan.
2) Pos bukan kas lainnya.
3) Pos lainnya yang berkaitan dengan arus
kas investasi dan pendanaan.
2. Metode Tidak Langsung
Dalam
Metode Tidak Langsung, pengaruh dari semua penangguhan penerimaan dan
pengeluaran kas di masa lalu dan semua akurat dari penerimaan kas dan
pengeluaran kas yang diharapkan pada masa yang akan datang dihilangkan dan laba
bersih yang diperhitungkan laba rugi. Penyediaan ini dilakukan dengan
menambahkan pos-pos yang tidak memerlukan pengeluaran kas kembali ke laba
bersih serta penambahan dan pengurangan kenaikan maupun penurunan hutang dan
piutang.
Keunggulan
utama metode ini adalah bahwa hal ini memusatkan perbedaan antara laba bersih
dan aliran kas bersih dari aktivitas operasi. Arus kas bersih dari aktivitas
operasi ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh :
a. Perubahan persediaan dan piutang usaha
serta hutang usaha selama periode berjalan.
b. Pos bukan kas, seperti: penyusutan,
penyisihan, pajak yang ditangguhkan, keuntungan dan kerugian valuta asing yang
belum direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum dibagikan dan hak
minoritas dalam rugi konsolidasi / perbandingan.
Arus
kas bersih dari aktivitas operasi dapat dilaporkan (tidak langsung) dengan
menyajikan pendapatan dengan beban yang diungkapkan dalam laporan laba rugi
serta perubahan dalam persediaan, piutang usaha dan hutang usaha selama periode
tertentu. Sedangkan dengan cara pelaporan arus kas bentuk investasi dan
pendanaan pada kedua metode, baik langsung maupun tidak langsung adalah sama.
Jadi yang berbeda adalah metode pelaporan arus kas untuk kegiatan operasi
perusahaan.
Lembaga
keuangan mempunyai keinginan yang kuat terhadap metode tidak langsung karena
menurut anggapan mereka metode ini lebih informatif. Meskipun lembaga keuangan
yang menghendaki agar debiturnya menyusun laporan arus kas perusahaannya dengan
metode langsung namun debiturnya tidak dapat begitu saja memenuhi keinginan
kreditur, karena baginya lebih bermanfaat penggunaan metode tidak langsung ini
mampu menggambarkan arus kas bersih dari kegiatan operasi juga pendekatan ini
dapat lebih menarik perhatian dengan penyesuaian yang kompleks.
Metode
tidak langsung juga memberikan informasi keuangan dalam penentuan laba / rugi
yang menggunakan metode akrual basis, dimana metode ini merupakan petunjuk yang
salah dalam penilaian atas arus kas dari operasi. Jika perusahaan terus memakai
metode tidak langsung, maka harus ada pengungkapan yang terpisah mengenai
perubahan-perubahan dalam perkiraan piutang, persediaan barang, investasi,
biaya yang dibayar dimuka dan perkiraan aktiva lancar lainnya. Perkiraan hutang
dagang, gaji, sewa dan perkiraan hutang lancar lainnya untuk menentukan jumlah
bersih perubahan kas dari kegiatan operasi dalam waktu hendak menyesuaikan
pendapatan bersih dengan penerimaan dan pengeluaran bersih dari kegiatan
operasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar